KBM pada kali ini kita akan mencoba mendalami suatu puisi. Suatu puisi memiliki makna yang sangat dalam. Di dalamnya terdapat penggunaan pemadatan bahasa. Bahasa dalam buisi tidak membentuk suatu kalimat dan paragraf, melainkan kata, sajak, larik dan bait.
Cermati puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono berikuti ini.
Mari kita ulas isi puisi Hujan Bulan Juni. Hujan dalam puisi tersebut mewakili tokoh dalam Puisi seolah lebih begitu dekat dengan pembaca, bahkan dapat mewakili pembaca dan membawa pembaca masuk kedalam suasana, kemungkinan pembaca memiliki rasa yang sama dengan yang dirasakan oleh Hujan Bulan Juni yaitu :
- Hujan bulan Juni yang tabah, yang menahan dirinya (cintanya) untuk tidak turun ke bumi karena belum waktunya. Ini bisa diartikan sebagai seseorang yang menahan perasaannya (rindu atau cintanya) kepada seseorang karena belum waktunya untuk disampaikan.
- Hujan bulan Juni yang bijaksana, karena mampu menahan diri dan rindunya untuk bertemu dengan bunga-bunga (yang dicintainya).
- Hujan bulan Juni yang arif, karena dibiarkannnya (cintanya) yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga.
Puisi tersebut menggambarkan seseorang yang memiliki rasa rindu kepada orang lain, akan tetapi ragu-ragu atau merasa tidak mungkin untuk menyampaikannya, dan berusaha untuk menghilangkan atau menghapuskan rasa yang dimilikinya dan membiarkannya untuk disimpan. Bila dikaitkan dengan kenyataan , dari judulnya saja itu sudah merupakan sesuatu yang hampir tidak mungkin. Karena bulan Juni termasuk dalam musim kemarau, hujan tidak mungkin turun. Apabila dilihat dari tahun tercipta puisinya yaitu tahun 1989, yang pada saat itu musim kemarau dan musim hujan masih berjalan secara teratur, tidak seperti sekarang. Karena itulah hujan harus menahan diri untuk tidak turun ke bumi. Jadi, dapat ditafsirkan bahwa hujan bulan Juni merupakan wakil dari perasaan rindu atau cinta sang penyair kepada seseorang , dan tidak mungkin untuk disampaikan, dan membiarkannya untuk tetap tak tersampaikan.
Jika dilihat dari penyairnya bahwa penyair mencintai seseorang dengan ragu-ragu sehingga penyair memilih bahwa perasaannya lebih baik disimpannya tanpa orang yang dicintainya mengetahui. Selain itu penyair menyampaikan sebuah pesan kepada pembaca yaitu tentang beberapa aspek etika agar pembaca diharapkan memiliki sifat-sifat yang digambarkan pada puisi Hujan Bulan Juni, yaitu sifat bijak, tabah, dan arif dalam menghadapi segala hal atau mengambil suatu keputusan.
Sumber:
http://contoh-analisis-puisi.blogspot.co.id/2014/10/puisi-sapardi-djoko-damono-hujan-bulan.html
Puisi Sosiawan Leak
AGUSTUSAN DI PALESTINA
Di Kampungku
Saat 17-an
Anak-anak bernyanyi gembira
Meski internet, dan sekolah
semakin menggila
Narkoba dan kekerasan bersekongkol dengan kembang gula
Kekerasan dan jalanan
Semua tetap ceria
Berlari karung
Bersepeda hias
dan Berpanjat pinang
serta tembak-tembakan dengan bedil mainan saat karnaval
Di Negerimu Palestina!
Walau sudah merdeka
Mereka tetap menjadi sasaran mesin perang!
Diiris-iris sadis mesiu kaum zionis
Tanpa aba-aba
Tanpa tanda jeda
Bangku-bangku sekolah kosong
sebab anak-anak ditangkap paksa
atas nama ketertiban
Dipenjara tanpa ada pengadilan
atau gugur dalam pertempuran tidak seimbang
sementara yang tersisa diasuh trauma
Menghitung jari dan kelingking
yang tak lagi utuh jumlahnya
Kaki ....
tangan ...
dan kepala ...
Mata ...
yang ditinggal pasangannya seperti hidup diceraikan harapan.
Di kampungku..
Ibu-ibu memasak cinta dan kasih sayang
Meski menyajikannya tanpa garam
kepada para remaja
Penghias rumah dan gang dengan bendera warisan pahlawan
Yang mengibarkan daulat Negara ..
Sementara kaum laki-laki bekerja bakti
Membersihkan got dan selokan
Merapikan pagar halaman dan pohonan
Lantas membangun panggung pertunjukan
Bagi bambu runcing
dan senapan mesin dalam pentas drama tanpa korupsi
apalagi manipulasi kekuasaan
Di Negerimu Palestina!
Ibu-ibu walaupun sudah di barak pengungsian
Terus diburu peluru-peluru Israel melebihi Izroil
Mereka membantai para rahim
Menciptakan tragedi
Nazi
Serbia
bosnia dan herzegovina
Bahkan pembantaian padang karbala
Agar tak sempat lahir putra-putra Palestina
Tapi
Seperti jumroh di Mina
Iblis tanpa matahati
Dan kepala itu terus berjaya
Bahkan menari digdaya
Mencengkram Aqso
Memata-matai warga
Bahkan mencegat mereka
Yang hendak berjumpa Tuhannya
Di kampungku dan di negerimu juga di Mina dan di mana-mana
Tak pernah benar-benar merdeka
Sebab setan berwajah tanah terus bergentayangan memamah kebun
dan pemukiman mengusir tuan rumah dan menginjak-injak kemanusiaan dengan durjana
Itulah kenapa Palestina
Sejak dulu kampungku dan negerimu adalah saudara
Kita
Senasib sepenindasan.
Kurban peradapan Dajjal
(Sosiawan Leak, https://www.youtube.com/watch?v=8jEY3NNktfc )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar